Wednesday, May 24, 2006

You Too Can Be An Angel

Singapore, 09 Oktober 2002

Selamat pagi, satu hari baru lagi aku dapati dari Tuhanku. Berjalan santai aku menuju Ang Mo Kio MRT. Lalu lalang penumpang yang penuh sesak kembali menjadi teman perjalananku menuju Expo, MRT terdekat kantorku.

Kucari sosok seorang Ibu tua yang selalu menarik perhatianku. Ah, kembali kulihat sang ibu berjalan tertatih menghampiri kereta. Ya, si ibu yang berjalan sambil memegang tongkat. Si Ibu yang buta.

Hampir setiap pagi aku melihat ia berjalan tertatih untuk masuk ke dalam kereta yang penuh sesak tersebut. Sebelum akhirnya turun di Cityhall dan berganti kereta menuju PayaLebar dimana ia turun dan hilang dari pandanganku.

Kesal rasanya melihat kerumunan orang orang yang, yach kalau boleh dikatakan egois sekali rasanya. Setiap hari kuperhatikan, dari sekian banyak orang yang berjalan dengan santai atau tergesa-gesa, hanya segelintir tangan yang mau membantu si ibu untuk berjalan. Bisa dibayangkan sibuknya dan tegangnya si ibu di tengah keramaian orang-orang yang menunggu datangnya kereta. Tertabrak kesana-kemari namun tetap berusaha melangkah sambil mengetukan tongkatnya ke depan.

Tuhan memang baik, tentu saja. Ia tak pernah meninggalkan ciptaanNya.

Selalu ada satu orang india yang sama, yang menemani sang ibu. Dalam keheningannya, lelaki itu berjalan dan menuntun si ibu. Seperti menuntun ibunya sendiri. Kuperhatikan apakah mereka saling mengenal, dan kusadari bahwa ternyata mereka asing satu sama lain.

Ya, seperti seorang malaikat pelindung saja lelaki itu. Dengan wajahnya yang tenang dia menemani si ibu. Walaupun saling diam, mungkin karena berbeda bahasa, si ibu rasanya tidak bisa berbahasa inggris.

Tapi tadi pagi tidak kulihat si malaikat itu. Namun seiring tanganku hendak menggapai si ibu, sebuah sosok tangan mendahuluiku. Ah seorang lelaki lain telah Tuhan lunakkan hatinya untuk membantu si ibu. Seorang india lain (hebat yach, mana org indonesia and singaporenya hahahaha). Dengan tampang yang gagah (yang ini rada seram), dia menuntun si ibu.

Tersenyum aku melihat semua itu, ah Tuhan memang baik.

Seiring kereta melaju, aku berpikir. Ya, akupun bisa menjadi malaikat malaikat kecil bagi si ibu. Tentu saja jika aku mau merendam semua keegoisanku, keegoisanku untuk lebih mementingkan diriku untuk mendapat tempat duduk di dalam kereta dan lebih memperhatikan orang yang membutuhkan disekitarku.

Ku raih buku tulisan Paus yang berjudul "Sahabat di tengah Sahabat", ku baca pesan beliau bagi kaum muda sedunia VII, Flourish whereever you'll be planted… Tersenyum aku membaca kalimat itu, ya seperti 2 orang india yang baru kusebut, aku juga bisa memuliakan Tuhan dengan orang disekelilingku.

You too can be an angel, kukatakan itu dalam hatiku.

Bukan dengan hal hal yang besar, tetapi dalam hal hal yang kecil, dalam kesederhanaan Yesus yang telah di tunjukkan kedua 'malaikat' tersebut.

Paya Lebar, ah si ibu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kereta. Bruk, tak sadar ia menabrak seorang wanita. Dan dengan senyum manisnya, wanita tersebut menuntun tangan si ibu menuju eskalator dan hilang dari pandanganku.

Ah, satu malaikat lagi yang Tuhan kirimkan bagi si ibu.

Dan ya, You too can be an angel.

Tuhan memberkati,
Kwang

No comments: