Tuesday, August 22, 2006

Barang Palsu

*Renungan di masa lalu*

Singapore, 16 Januari 2002

Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17)

Kemarin siang, sewaktu aku lagi asyik-asyiknya berkutat dengan programku yang harus kuselesaikan paling lambat sore ini. Tiba tiba aku ditanya oleh teman kerjaku apakah aku ingin membeli jam tangan. Ternyata, entah bagaimana 2-orang gadis dapat masuk dan menjajakan jam tangan ber-merk Swiss Army di sudut sofa tamu.

Dengan senyum manis mereka menawarkan jam yang ternyata di minati oleh sebagian teman temanku. 30 puluh dollar untuk sepasang jam tangan pria dan wanita. Murah sekali kelihatannya.

Satu hal yang lucu, semua temanku tahu kalau itu barang palsu alias bukan buatan original dari swiss army. Tapi bentuk dan rupa jam tangan tersebut tetap menarik hati setiap orang yang duduk di sana.

Kalau aku pikir pikir aku ini mirip dengan jam palsu itu.

Aku yang ber-merk-an agama Katolik di KTP-ku dan semua jadwal kegiatan pelayananku, senyum manis waktu melayani, tawa canda waktu berkumpul bersama, sikap khusyuk waktu berdoa, sampai sikap hormat mati-mati-an waktu menerima hosti.

Aku rasa dunia juga seperti itu. Aku selalu diharapkan untuk bertindak seolah-olah aku tidak pernah mempunyai masalah, tidak boleh menunjukkan kesakitan atau kepedihan yang sedang kita alami. Aku tidak dapat pergi ke sekolah sambil menangis tanpa di ejek atau digosipin orang. Tidak bisa pergi ke kantor dengan wajah depresi karena tekanan pekerjaan. Atau bahkan tetap harus tersenyum sewaktu berkumpul bersama di persekutuan doa walau perasaan lagi sedih.

Aku juga merasa kalau di dunia ini orang-orang tidak perduli apakah aku ini palsu atau tidak. Malah lebih suka yang palsu-palsu.

Yang penting jam tangan-nya murah, kata temanku. Yang penting aku tidak merepotkan orang lain dengan segala kesedihan, sehingga tidak menghabiskan waktu mereka untuk berbicara padaku.

Aku lebih disukai kalau aku tidak bermasalah, kalau aku kelihatan selalu ceria, kalau aku selalu dapat memberikan jawaban yang menyenangkan hati dan kalau aku menutup mulutku pada waktu aku ingin sekali mengatakan bahwa aku terluka.

Tapi satu hal yang aku mengerti adalah walau murah dan menarik, jam tangan palsu tersebut biasanya akan lebih cepat rusak dibandingkan yang asli. Karena bahan dan onderdil yang palsu pula yang digunakan didalamnya.

Sama halnya dengan diriku yang palsu ini, aku tau memang aku akan kelihatan menarik jika aku selalu terlihat dalam kepalsuanku, tetapi aku juga tau kalau aku akan lebih cepat 'rusak' karena kepalsuanku.

Aku juga berpikir pasti capek sekali rasanya menjadi manusia "carbon-copy". Yang terang dihalaman depan tetapi semakin kabur jikalau dilihat lembar demi lembar di belakangnya. Kelihatan selalu ceria dan bahagia tetapi hancur di dalamnya.

Dan, aku percaya bukan itu yang Yesus mau dari diriku. Dia tidak perduli betapa baiknya diriku, betapa jeleknya diriku atau betapa hancurnya hatiku. Yang Dia perduli adalah keberadaanku yang sebenarnya.

Dia tidak mau kita datang kepada Dia dan tersenyum serta berkata, "Oh, I am doing just fine, thanks!" Sekali-kali tidak. Karena Dia tidak seperti dunia ini, kalau aku ngga ok, aku juga percaya Tuhan dapat menerimaku dalam ketidak-ok-an ku.

So, I said to myself. Stop saying that you are ok when actually you are not ok. God can deal with it and Stop playing cool.

Tapi yahh tetap saja, jam palsu itu menarik untuk di beli.

Yang mencoba tidak menjadi palsu,
Kwang.

No comments: