Tuesday, August 22, 2006

Happy Birthday Mother

*Renungan di masa lalu*

September 8, 2002 is the Mother Mary's Birthday, begitu yang dikatakan oleh Rm. Joseph pada perayaan ekaristi sabtu lalu. Terlihat begitu indah bunga bunga yang mengelilingi patung Maria di hadapan semua umat. Bahkan saat misa berjalanpun tetap ada beberapa umat yang tak henti hentinya menambahkan bunga bunga yang begitu indah disekeliling patung bunda Maria.

Aku duduk tersenyum melihat begitu banyak bunga di hadapanku, ah mungkin sekarang bunda maria sedang sibuk menata rumahnya di surga hahahaha. Begitu banyak anak-anaknya datang memberi hadiah; baik bunga, doa ataupun pujian.

Kembali aku tersenyum saat melihat umat berbondong bondong keluar untuk membeli lilin, saat diumumkan bahwa akan ada perarakan patung bunda maria tepat setelah misa selesai. Ternyata Bundaku ini laku juga dengan memakai nama Maria ternyata bisa jadi object marketing yang hebat hahahaha.

Maria, Ibuku, Ibu kita, Ibu segala bangsa. Sosok yang telah lama sekali aku kenal. Sejak aku duduk di bangku sekolah dasar mendengar pelajaran agama. Maria yang memberi contoh kerendahan hati yang sempurna dari seorang manusia. Yang memberi contoh ketaatan yang sempurna dari seorang manusia. Yang memberi contoh kesetiaan yang sempurna dari seorang manusia.

Ya, kadangkala aku dengar diriku atau temanku berkelit saat romo atau pengkotbah mengatakan lihatlah kesetiaan Yesus, ketaatan Yesus. Mereka sering berkelit dengan mengatakan," Ah, Yesus kan Tuhan, ceng li lah dia bisa setia and taat sampai mati". Ada benarnya sih J walau Yesus itu 100 % manusia dan 100 % Tuhan. At least dia itu Tuhan. Nah aku kembali tersenyum, kalau maria tentu aku tidak bisa berkelit lagi. Maria kan manusia seperti diriku.

Maria, hmm mungkin sudah bosan aku dengar ini. Yang perawan, yang menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung. Yang menerima segala hinaan, kan pada waktu dulu bisa dihukum mati tuh alias dirajam karena hamil tanpa nikah. Maria yang setia pada saat Yesus melayani, setia pada saat Yesus menderita, bahkan setia dibawah kaki salib pada saat Yesus mati. "Ibu, inilah anakmu. Dan inilah IbuMu". Kurang lebih begitulah kata-kata Yesus kepadaku sebagai muridnya.

Ya, Maria adalah Ibuku, sosok yang nyata, sosok seorang manusia yang setia. Dengan senang hati aku bersama teman-temanku mengangkat bunda pada saat acara perarakan, berkeliling gereja kami angkat bunda kami.

Mungkin sudah saatnya aku lebih lagi menanggapi cinta Tuhan melalui wujud bundaku ini. Sudah saatnya aku lebih menghormati bundaku. Sudah saatnya aku belajar lebih lagi setia seperti Maria yang setia. Belajar berkorban seperti Maria yang berkorban. Belajar berserah seperti Maria yang berserah. Hanya kepada Bapa.

Masih terngiang pesan romo Joe, biarlah kita dapat seperti lilin lilin yang kita nyalakan ini. Seperti Maria sendiri yang telah menjadi lilin bagi kita semua. Yang memberikan dirinya untuk menjadi terang bagi orang disekelilingnya. Yang memberikan segalanya habis terbakar untuk orang lain disekitarnya.

Selamat Ulang Tahun, bundaku. Semoga engkau tetap selalu menjadi bundaku untuk selama-lamanya. Menjadi bundaku yang berarti aku harus belajar menyerupai engkau yang setia sama seperti kakak sulungku, Yesus, dalam dirinya sebagai seorang manusia.

Salam maria penuh rahmat Tuhan sertamu,
Terpujilah engkau diantara wanita,
Dan terpujilah buah tubuhmu Yesus,
Santa maria bunda Allah,
Doakanlah aku yang berdosa ini,
Sekarang dan waktu aku mati.
Amin.

Tuhan memberkati,
kwang.

No comments: