Lagi asyik-asyiknya diriku dengan program yang harus kuselesaikan tiba tiba aku mendapat email dari salah satu temanku. Tertegun dan bingung diriku sewaktu membaca isi email tersebut yang antara lain berisi," Lagi sibuk ngga ? kalau ngga sibuk nih gue kasih bahan renungan "Tuhan berkata, Saya tidak menjual buah tetapi saya menjual Bibit" nah coba buat renungannya".
Bingung dan geli rasanya diriku saat membaca itu. Siang bolong disuruh merenung hehehe, langsung saja aku reply emailnya dengan mengatakan kenapa ngga kamu aja yang buat renungannya.
Alhasil, tertarik juga aku untuk merenungkan kalimat yang 'dilemparkan' temanku tersebut. Tuhan tidak menjual buah tetapi Tuhan menjual bibit. Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku setelah membaca kalimat tersebut adalah perumpamaan tentang penabur (Mat 13). Sang Penabur yang tentu kita sadari sebagai Tuhan yang menebarkan bibit/benih kasihNya di dalam hati kita. Kita sendiri berdiri sebagai benih yang jatuh di tanah atau batu-batu atau semak.
Terlintas juga pikiranku saat janji Tuhan kepada Israel di kitab Yesaya," Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas" (Yes 30:23)
Yup, Bibit memiliki arti yang sama dengan Benih. Yang bagi diriku juga memiliki arti sebagai suatu AWAL. Benih merupakan awal dari suatu buah. Benih merupakan awal dari hasil tanah yang kita kecap.
Dan Tuhan hanya menjual (red: atau lebih baik kita katakan memberi) benih dan bukan buah. Mengapa ? Secara singkat alasan yang dapat aku pikirkan adalah Ya begitulah cara Tuhan bekerja.
Tuhan kita bukan seorang pribadi yang suka memanjakan anakNya. Ia menghajar anak-anakNya tetapi Ia tidak menyerahkan anakNya kepada maut (Mz 118:18). Tuhan mau kita menjadi rekan sekerjaNya, bersama-sama dengan Dia menjadi bangunan Allah (1 Kor 3:9). Well, secara umum sering kita dengar kalau orang yang terlalu manja itu sedikit merepotkan (kata orang lho).
Tuhan mau kita memulai segala sesuatu dari hal-hal yang kecil (benih kan kecil), supaya kita setia terhadap perkara-perkara yang kecil dan barulah nanti setelah kita bertumbuh dan menjadi kuat barulah Dia akan memberi kita perkara-perkara besar untuk kita hadapi (Luk 16:10).
Sekarang mari kita mencoba berhayal. Kita ambil contoh benih suatu buah. Berawal dari benih buah yang kita miliki, kita pendam di dalam tanah. Tiap tiap harinya kita sirami dengan air. Kita beri pupuk. Kita jaga sedemikian rupa.
Beberapa minggu kemudian, mungkin benih akan bertumbuh mengeluarkan akar-akarnya dan menjalar lebih dalam untuk membentuk suatu pondasi yang kuat. Beberapa minggu berikutnya, benih semakin bertumbuh. Batang mulai keluar dari tanah, si batang sendiri harus mulai belajar bertahan terhadap serangan dari luar seperti menahan tiupan angin, hujan dan panas.
Lalu batang mulai meninggi menjadi sebuah pohon, tapi belum mampu berbuah. Kuat tidaknya pohon ini tergantung dari tahap awal bertumbuhnya benih tadi. Kalau salah pupuk, benihnya mati. Tak ada pohon tak ada buah dech. Kalau kebanyakan air, mati juga. Ngga ada buah juga.
Tapi butuh takaran yang pas baru benih bisa menghasilkan akar yang kuat, pohon yang kuat dan pada akhirnya berbuah.
Nah sama halnya dengan kita. Kita semua memerlukan tahap yang sama seperti si Benih. Tahap masih menjadi benih, belajar bertumbuh dan pada akhirnya berbuah. Tetapi sekali lagi itu tergantung dengan apa yang kita berikan pada diri kita. Kalau diri kita kita isi dengan pupuk yang baik, tentu kita bisa memiliki akar yang baik. Dari akar yang baik kita bisa menghasilkan pohon yang baik. Dan pada akhirnya berbuah.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Agar kita tahu bahwa tidak ada sesuatu yang besar yang dapat kita hadapi tanpa melalui yang hal-hal yang kecil dulu.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Agar kita tahu bahwa kita memerlukan suatu proses dalam menuju suatu kesempurnaan. Kita harus memiliki akar yang kuat untuk menghadapi segala serangan hidup.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Karena Dia mau kita bertumbuh dan berbuah. Dan buah kita adalah tetap sampai seluruh bangsa menjadi muridNya.
Apa jadinya kalau Tuhan hanya langsung memberi Buah?
Tuhan memberkati,
Kwang
No comments:
Post a Comment